Inspirasi Pintar,- Cerita Anak bergambar Fajar & Mentari
KRIIIIINNNNGGGG..,kriiiiiiiinnnggg.., suara alarm berbunyi. Fajar dan Mentari bergegas bangun dari tidurnya. “Hey Mentari, ayo bangun udah jam setengah enam nih. Buruan mandi trus Sholat Subuh, trus berangkat ke sekolah,” kata Fajar sambil membangunkan Mentari. “Iyaaaaa, kamu duluan aja, nanti aku nyusul,” jawab Mentari.
Fajar segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Seketika Fajar kaget karena air di bak mandi tidak ada. “Bundaaa.., kok airnya gak ada sih. Aku kan mau mandi,” teriak Fajar. “Iya sayang dari kemarin sumur kita kering. Sumur tetangga juga kering, jadi kita gak bisa ngapa-ngapain”.
“Yaaaaahhh, jadi aku mandinya gimana? Gak berangkat sekolah dong?” sahut Mentari. “Sekolahnya cuci muka aja sayang, masih ada air dari galon,” kata bunda. Dengan wajah cemberut Fajar dan Mentari kembali ke kamarnya. “Ini yang membuat males, air gak ada, Sholat Subuh gak, ke sekolah juga males,” gerutu Mentari.
“Sudahlah apa boleh buat, mudah-mudahan besok airnya sudah ada jadi kita bisa mandi,” kata Fajar menenangkan Mentari. Fajar dan Mentari akhirnya terpaksa berangkat ke sekolah hanya dengan cuci muka menggunakan air galon. Di sekolah, Fajar dan Mentari pun menjadi bahan olok-olok teman-temannya karena gak mandi. “Hey kalian gak usah begitu, Fajar dan Mentari gak mandi kan karena memang gak ada air, bukannya males,” kata Zahra membela Fajar dan Mentari.
Usai pulang sekolah, Zahra, Fajar dan Mentari pulang bareng. “Makasih ya Zahra tadi kamu udah belain kita,” ucap Mentari. “Iya sama-sama”. Di tengah jalan menuju rumah, Zahra, Fajar, dan Mentari melihat seorang petani murung di tegalan sawahnya. “Kek, kakek kenapa kok murung? Ada yang hilang ya Kek?” ujar Fajar.
“Enggak Cu, kakek lagi bingung aja udah sebulan ini kakek susah dapetin air untuk mengairi sawah. Makanya tanaman kakek pada mati. Kakek rugi puluhan juta jadinya”. “Iya Kek sama. Di sumur rumahku juga sudah gak ada air. Kita aja ke sekolah sampai gak mandi,” jawab Mentari. “Padahal tahun kemarin meskipun kering juga gak seperti ini,” tambah kakek.
“Sabar ya Kek, kita berdoa aja mudah-mudahan dalam waktu dekat Allah menurunkan hujan dari langit. Ini karena dampak El-Nino,” kata Fajar. “Oooohh, jadi ini karena El-Nino, kenapa gak dihukum aja tuh El-Nino, karena udah menyengsarakan orang banyak,” ucap Zahra polos.
“Huuuu..., dodol. El-Nino itu bukan nama orang, tapi senomena alam yang diartikan meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sehingga menyebabkan kekeringan,” jelas Fajar. “Oooo gitu”. “Yaudah yuk kita pulang,” ajak Fajar.*
BANYAK orang salah mengira, bahwa El Nino adalah nama badai. Padahal, El Nino merupakan peristiwa alam berupa peningkatan suhu perairan di Samudra Pasifik, di sekitar garis khatulistiwa. El Nino biasanya terjadi di wilayah pantai Amerika Selatan, sekitar pantai Ekuador dan meluas hingga perairan Peru.
El Nino sering terjadi pada bulan Desember, dengan siklus terjadinya setiap 3 hingga 8 tahun sekali. Meski demikian, El Nino juga bisa terjadi di luar bulan tersebut. Pada kondisi normal, perairan di Samudra Pasifik bersuhu dingin. Nah, saat terjadi El Nino, perairan yang biasanya dingin itu meningkat suhunya sehingga menjadi panas.
El Nino disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perbedaan arus laut di perairan Samudra Pasifik dan melemahnya angin passat di selatan Pasifik sehingga menyebabkan pergerakan angin yang tidak normal atau angin bergerak ke arah sebaliknya. El Nino bisa menyebabkan perubahan pola cuaca di berbagai daerah di dunia, termasuk di Indonesia. Dampak El Nino untuk wilayah Indonesia, adalah menurunnya potensi hujan. Jika El Nino berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan menyebabkan kekeringan panjang hingga kebakaran hutan, seperti yang pernah terjadi di Indonesia beberapa tahun lalu.*
SAHABAT, akhir-akhir ini cuaca semakin panas saja ya? Kondisi ini menyebabkan terjadinya kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia. Kekeringan adalah keadaan kekurangan pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). Biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus-menerus mengalami curah hujan di bawah rata-rata.
Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.
Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara presipitasi dan evapotranspirasi.
Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik cuaca saja, tetapi juga sebagai fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah penduduk telah mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak tergantikan oleh sumber daya lainnya.
Datangnya bencana kekeringan belum dapat diperkirakan secara teliti, namun secara umum berdasarkan statistik terlihat adanya fenomena terjadinya kekeringan setiap empat atau lima tahun sekali. Bencana kekeringan dapat disebabkan oleh curah hujan yang jauh di bawah normal pada areal yang airnya telah dimanfaatkan secara maksimal atau pada musim kemarau panjang. Dari segi sosial, dampak yang ditimbulkan oleh bencana kekeringan berbeda dengan dampak bencana banjir, tanah longsor, tsunami, ataupun gempa bumi.
Pada keempat jenis bencana tersebut, secara sosial dengan cepat dapat menghimpun bantuan dari berbagai pihak, baik jangka pendek ataupun jangka panjang.
Berbeda halnya, bencana kekeringan malahan dapat menimbulkan perpecahan dan konflik, baik konflik antar pengguna air dan antar pemerintah.*
KRIIIIINNNNGGGG..,kriiiiiiiinnnggg.., suara alarm berbunyi. Fajar dan Mentari bergegas bangun dari tidurnya. “Hey Mentari, ayo bangun udah jam setengah enam nih. Buruan mandi trus Sholat Subuh, trus berangkat ke sekolah,” kata Fajar sambil membangunkan Mentari. “Iyaaaaa, kamu duluan aja, nanti aku nyusul,” jawab Mentari.
Fajar segera mengambil handuk dan menuju kamar mandi. Seketika Fajar kaget karena air di bak mandi tidak ada. “Bundaaa.., kok airnya gak ada sih. Aku kan mau mandi,” teriak Fajar. “Iya sayang dari kemarin sumur kita kering. Sumur tetangga juga kering, jadi kita gak bisa ngapa-ngapain”.
“Yaaaaahhh, jadi aku mandinya gimana? Gak berangkat sekolah dong?” sahut Mentari. “Sekolahnya cuci muka aja sayang, masih ada air dari galon,” kata bunda. Dengan wajah cemberut Fajar dan Mentari kembali ke kamarnya. “Ini yang membuat males, air gak ada, Sholat Subuh gak, ke sekolah juga males,” gerutu Mentari.
“Sudahlah apa boleh buat, mudah-mudahan besok airnya sudah ada jadi kita bisa mandi,” kata Fajar menenangkan Mentari. Fajar dan Mentari akhirnya terpaksa berangkat ke sekolah hanya dengan cuci muka menggunakan air galon. Di sekolah, Fajar dan Mentari pun menjadi bahan olok-olok teman-temannya karena gak mandi. “Hey kalian gak usah begitu, Fajar dan Mentari gak mandi kan karena memang gak ada air, bukannya males,” kata Zahra membela Fajar dan Mentari.
Usai pulang sekolah, Zahra, Fajar dan Mentari pulang bareng. “Makasih ya Zahra tadi kamu udah belain kita,” ucap Mentari. “Iya sama-sama”. Di tengah jalan menuju rumah, Zahra, Fajar, dan Mentari melihat seorang petani murung di tegalan sawahnya. “Kek, kakek kenapa kok murung? Ada yang hilang ya Kek?” ujar Fajar.
“Enggak Cu, kakek lagi bingung aja udah sebulan ini kakek susah dapetin air untuk mengairi sawah. Makanya tanaman kakek pada mati. Kakek rugi puluhan juta jadinya”. “Iya Kek sama. Di sumur rumahku juga sudah gak ada air. Kita aja ke sekolah sampai gak mandi,” jawab Mentari. “Padahal tahun kemarin meskipun kering juga gak seperti ini,” tambah kakek.
“Sabar ya Kek, kita berdoa aja mudah-mudahan dalam waktu dekat Allah menurunkan hujan dari langit. Ini karena dampak El-Nino,” kata Fajar. “Oooohh, jadi ini karena El-Nino, kenapa gak dihukum aja tuh El-Nino, karena udah menyengsarakan orang banyak,” ucap Zahra polos.
“Huuuu..., dodol. El-Nino itu bukan nama orang, tapi senomena alam yang diartikan meningkatnya suhu muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sehingga menyebabkan kekeringan,” jelas Fajar. “Oooo gitu”. “Yaudah yuk kita pulang,” ajak Fajar.*
Apa Itu El Nino?
El Nino sering terjadi pada bulan Desember, dengan siklus terjadinya setiap 3 hingga 8 tahun sekali. Meski demikian, El Nino juga bisa terjadi di luar bulan tersebut. Pada kondisi normal, perairan di Samudra Pasifik bersuhu dingin. Nah, saat terjadi El Nino, perairan yang biasanya dingin itu meningkat suhunya sehingga menjadi panas.
El Nino disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain perbedaan arus laut di perairan Samudra Pasifik dan melemahnya angin passat di selatan Pasifik sehingga menyebabkan pergerakan angin yang tidak normal atau angin bergerak ke arah sebaliknya. El Nino bisa menyebabkan perubahan pola cuaca di berbagai daerah di dunia, termasuk di Indonesia. Dampak El Nino untuk wilayah Indonesia, adalah menurunnya potensi hujan. Jika El Nino berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan menyebabkan kekeringan panjang hingga kebakaran hutan, seperti yang pernah terjadi di Indonesia beberapa tahun lalu.*
Tentang Kekeringan di Indonesia
Musim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), transpirasi, ataupun penggunaan lain oleh manusia. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkannya.
Dampak ekonomi dan ekologi kekeringan merupakan suatu proses sehingga batasan kekeringan dalam setiap bidang dapat berbeda-beda. Namun, suatu kekeringan yang singkat tetapi intensif dapat pula menyebabkan kerusakan yang signifikan. Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara presipitasi dan evapotranspirasi.
Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik cuaca saja, tetapi juga sebagai fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah penduduk telah mengakibatkan terjadinya tekanan penggunaan lahan dan air serta menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya kekeringan semakin sering terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak yang amat luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya kekeringan. Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena air merupakan kebutuhan pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak tergantikan oleh sumber daya lainnya.
Datangnya bencana kekeringan belum dapat diperkirakan secara teliti, namun secara umum berdasarkan statistik terlihat adanya fenomena terjadinya kekeringan setiap empat atau lima tahun sekali. Bencana kekeringan dapat disebabkan oleh curah hujan yang jauh di bawah normal pada areal yang airnya telah dimanfaatkan secara maksimal atau pada musim kemarau panjang. Dari segi sosial, dampak yang ditimbulkan oleh bencana kekeringan berbeda dengan dampak bencana banjir, tanah longsor, tsunami, ataupun gempa bumi.
Pada keempat jenis bencana tersebut, secara sosial dengan cepat dapat menghimpun bantuan dari berbagai pihak, baik jangka pendek ataupun jangka panjang.
Berbeda halnya, bencana kekeringan malahan dapat menimbulkan perpecahan dan konflik, baik konflik antar pengguna air dan antar pemerintah.*
Yukk, Baca Lagi Cerita Fajar & Mentari yang Lainnya : ☃ Fajar & Mentari - Sejarah Perayaan Ulang Tahun TNI
Tags
CERITA ANAK