Inspirasi Pintar,- Akhmad Royani dan Arsitektur 13, ini adalah kisah yang saya alami sepanjang saya kuliah di prodi arsitektur tahun 2013.
Kisah ini berawal ketika saya tertarik dengan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain, sebuah karya dimana kita mendesain dan menciptakannya sebuah karya yang kemudian bermafaat bagi orang lain. Itu terdengar seperti ide yang sangat luar biasa.
Awalnya saya adalah professional graphic designer yang memiliki pengalaman di bidang desain grafis / multi media di 2 tahun terakhir sebelum saya memilih untuk melanjutkan studi arsitektur, dimana terdapat sebuah hal yang menyedihkan ketika karya-karya yang telah saya buat tidak memberikan banyak manfaat bagi orang lain (banyak orang)banyak karya saya yang pernah saya ciptakan hanya berujung di tempat sampah, karena kurangnya antusias masyarakat atau rasa untuk menghargai karya seni itu sangat minim sekali di ingkungan saya (masyarakat Indonesia awam), mereka sekan tidak mau mencoba menikmati serta mendalami karya seni yang kemudian menghargainya dengan baik. Saat itu kemudian saya mencari alternative lain supaya karya yang saya desain atau saya ciptakan memberikan pembelajaran kepada masyarakat akan pentingnya nilai seni dalam hidup dan memberikan manfaat lebih selain itu semua.
Tahun pertama saya belajar arsitekur, masih belum begitu terasa keilmuan arsitekturalnya karena pada dua semester awal masih mengulas pengetahuan dasar pada umumnya seperi masa SMA/SMK mungkin ini baru fase atau tahap awal untuk merubah mindset kita dalam belajar tori arsitektur.
Dalam tahun pertama ini kita di ajarkan Teknik dasar dalam menggambar Teknik, mengenal garis -garis pada bangunan dan mengolah tangan kita untuk terbiasa menggambar manual juga mengenal warna beserta sifatnya.
Tahun berikutnya di semester 3 dan 4 kita mulai mendesain landsekap atau taman yang ada di sebelah kampus besrta gazebo-gazebo untuk mahasiswa dan umum yang di desain untuk kawula muda. Tahap awal ini menjadi awal saya mendesain, tidaksemudah yang saya fikirkan sebelumnya karena kita memikirkan banyak hal bukan sekedar landsekap/taman dengan bangunan gazebo yang indah tapi lebih sulit dari itu. Dan ini adal tantangan awal yang menjadikan saya tertarik untuk mendalaminya.
Pada semester 4 seteah kita melewati fase awal, kemudian kita mempelajari susunan banguan kecil yakni gazebo yang dari landsekap/taman tersebut menjadi lebih detail lagi dari pondasi hingga atap. Yah tahapan ini ulai masuk akal dan menambah semangat saya untuk mendesain, dari besar ke kecil yang kemudian di detailkan dengan detail yang sangat detail.
Setelah melewati semester 3 dan 4 yang mulai terbiasa dengan gambar Teknik arsitektur (manual) kita memasiki fase medium dimana bukan hanya mempelajari bangunan/desain bangunan di semserter 5 dan 6 ini kita juga harus mampu mengusai tapak, struktur dan kenyamanan termal lainnya yang sebelumnya sudah di pelajari dari semerter 2 besiknya keng kemudain semakin berkembang dan rumit.
Di semester ini kita mulai disiplin waktu tenaga dan emosi, kita benar-benar komitmen dengan waktu, perasaan dan memanfaatkan tenaga kita sebaik mungkin karena energi yang di gunakan mulai banyak dengan tuntutan gambar yang lebih komplek dengan detai serta penangan/solusi yang lebih rumit dari sebelumnya.
Fase dewa, ini adalah fase dimana kita mulai tertekan dan mulai tidak begitu ramah dengan waktu karena waktu adalah sebuah hal yang paling berharga dimana kita lengah dalam sekejap kita akan tertinggal jauh dari temen-temen kita dn bisa saja kita tumbang, ya ini adalah smester 7 dan 8.
Fase tersulit yang saya alami adalah ketika saya harus mampu memanfaatkan waktu saya sebaik mungkin dimana saya juga termasuk mahasiswa yang kuliah sambal bekerja ini menjadi sebuah masalah terbesar buat saya karena waktu yang hanya 24 harus di bagi dengan tugas kuliah dan pekerjaan di tempat kerjaan saya.
di fase ini merupakan fase tersulit bagi seluruh mahasiswa aritektur karena tekanan-tekanan yang luar biasa, kita seperti arsitektur professional yang dituntuk tepat waktu menyelesaikan banyaknya tugas beserta detail dengan waktu yang sangat terbatas. dan ingin sekali untuk cepet-cepat mengakhiri menderitaan ini.
fase ini juga menjadi barometer kita untuk melihat rekan-rekan kita, karena karekter kita yang sebenarnya akan terlihat dan kita juga tidak bisa saling menolong satu sama lain karena tuntutan waktu dan jenis pekerjaan yang beragam.
di fase ini kita harus kuat dan tangguh kalo tidak kita bisa D.O. dari kampus dan menjadi orang yang paling lemah dari yang lainnya. Karena di semester akhir ini kita besnar-benar sendiri dan harus mampu memanfaatkan waktu sebaik mungkin , termasuk tidak tidur lebih dari 24 jam bakalan dirasakan.
Setelah melewate fase dewa, kita seperti orang yang telah di godok matang dan kita juga kehabisan banyak energi (uang juga) lemas tak berdaya higga menunggu keputusan lulus, dari kampus yang menjadi penawar/power up untuk kita kembali strong setelah banyak menguras energi.
Menjadi mahasiswa arsitektur lebih berat dari yang saya bayangkan, tapi saya terus semangat hingga menunggu keputusan lulus dari kampus dengan niat yang masih serupa, dimana setelah lulus kelak saya harus mampu mendesain/menciptakan sebuah karya yang memiliki nilai edukasi, seni serta banyak manfaat bagi orang lain.*
________________________________________________________________________
*tulisan ini dibuat pascasidang preview 3 dimana yudisium dilakukan 2 minggu setelah sidang preview 3. Dan pada hari: Senin, 11 September 2017 akan diumkan kelulusan, semoga saya bisa lolos yang kemudian terjun ke lapangan, mengaplikasikan/mengamalkan ilmu yang saya pelajari dengan sungguh-sungguh sepanjang kuliah 4 tahun, guna menjadi pribadi yang bermanfaat untuk orang lain dengan niat seperti awal masuk kuliah arsitekur pada tahun 2013.
Tags
AKHMAD ROYANI