Peluang dan Tantangan Bisnis Ekonomi Kreatif di Indonesia

Inspirasi Pintar,- Peluang dan Tantangan Bisnis Ekonomi Kreatif di Indonesia

Oleh: Dea Angkasa Putri S

EKONOMI kreatif merupakan sebuah nomenklatur baru dalam sejarah pembangunan perekonomian bangsa. Tepat satu dekade lalu Departemen Perdagangan Indonesia merumuskan studi terkait ekonomi kreatif karena melihat tren positif dari negara-negara lain yang telah lebih dulu menjadikan ekonomi kreatif sebagai salah satu sektor penting penunjang ekonomi negara. 

Ekonomi kreatif pertama kali diperkenalkan oleh John Howkins dalam bukunya “The Creative Economy: How People Make Money from Ideas” setelah melihat gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas. Pada tahun 1997, Amerika Serikat (AS) menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang menjadikan HKI sebagai barang ekspor nomor satu di Amerika Serikat. Menurut John Howkins: “Ekonomi kreatif adalah pembentukan nilai sebagai hasil dari sebuah pemikiran (the creation of value as a result of idea.) 

Industri Kreative, Peluang dan Tantangan Ekonomi Kreatif Indonesia, STTC, STT Cirebon, Arsitektur, Kreative Design, Akhmad Royani, Doyan Masak, Bamboos Design, Indonesia, Cirebon, Kota Cirebon, Perekonomian Kota Cirebon, Ekonomi Cirebon

Adapun menurut buku “Ekonomi Kreatif: Kekuatan Baru Indonesia Menuju 2025”: “Ekonomi kreatif adalah penciptaan nilai tambah yang berbasis ide yang lahir dari kreativitas sumber daya manusia (orang kreatif) dan berbasis ilmu pengetahuan, termasuk warisan budaya dan teknologi.” 

Ada empat karakteristik dari ekonomi kreatif, di antaranya: diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar; berbasis pada ide atau gagasan; pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha; dan konsep yang dibangun bersifat relatif. 

Pembentukan Indonesian Design Power oleh Departemen Perdagangan dan peluncuran Studi Pemetaan Kontribusi Industri Kreatif Indonesia 2007 pada Trade Expo Indonesia menjadi cikal bakal pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia. Pada awalnya, sebagaimana yang termaktub dalam Instruksi Presiden RI Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, pemerintah Indonesia membagi ekonomi kreatif ke dalam 14 sub-sektor. Namun dalam perkembangannya, saat ini sub-sektor ekonomi kreatif terdiri dari 16 sub-sektor, yaitu kuliner, arsitektur, desain produk, desain interior, desain grafis, film, animasi dan video, musik, fesyen, seni pertunjukan, games dan aplikasi, kriya, radio dan televisi, seni rupa, periklanan, fotografi serta penerbitan. 

Potensi dan Tantangan

Keberagaman budaya Indonesia merupakan modal sosial (social capital) bagi tumbuh kembang ekonomi kreatif Indonesia. Masyarakat Indonesia sebagai civilized society telah memiliki maha karya kreativitas sejak ratusan tahun lalu dari peninggalan leluhur bangsa. Hal ini dapat terlihat dari sejumlah kreativitas nenek moyang bangsa Indonesia, di antaranya rumah adat mewakili sub-sektor arsitektur, keberagaman baju adat dari Sabang sampai Merauke menjadi wujud kreativitas fesyen masa silam, ukiran dan pahatan menjadi bukti eksistensi sub-sektor seni kriya, lagu-lagu daerah sebagai curahan kreativitas musik anak bangsa, makanan daerah yang kaya akan rempah menunjukkan cita rasa kuliner Indonesia yang sangat tinggi, dan prasasti sebagai cikal bakal media modern. 

Berbagai kebudayaan Indonesia tersebut turut mewarnai sub-sub sektor ekonomi kreatif lainnya yang bersifat modern. Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kreatif sejak dulu kala. Keberagaman adat istiadat bangsa dan kreativitas bangsa Indonesia merupakan potensi yang perlu terus digali agar perkembangan ekonomi kreatif dapat melaju pesat.

Industri Kreative, Peluang dan Tantangan Ekonomi Kreatif Indonesia, STTC, STT Cirebon, Arsitektur, Kreative Design, Akhmad Royani, Doyan Masak, Bamboos Design, Indonesia, Cirebon, Kota Cirebon, Perekonomian Kota Cirebon, Ekonomi Cirebon

Namun sayangnya, potensi industri kreatif Indonesia ini tidak diimbangi dengan pengemasan ekonomi kreatif yang terpadu dan promosi yang terintegrasi. Berbagai pihak tampaknya asyik berjalan sendiri-sendiri padahal memiliki tujuan yang sama, yakni mengembangkan ekonomi kreatif. Konsep quadruple-helix yang melibatkan sektor pemerintah, swasta, akademisi dan masayarakat tampaknya masih menjadi primadona di atas kertas. 

Di sisi lain, derasnya arus globalisasi menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi tumbuh kembang industri kreatif di Indonesia. Dapat dilihat bagaimana tumbuh kembang industri kreatif di Jepang yang mempromosikan negaranya melalui komik dan kartun-kartun Jepang sampai menjadikan tokoh kartun Doraemon sebagai duta budaya Jepang. British Invansion juga menunjukkan taringnya dengan produk-produk desain dengan ikon-ikon khas Inggris dan musik-musik asal negara Inggris yang akrab di telinga pemuda Indonesia. Negara Korea dengan Korean drama dan K-Pop; India dengan Bollywood; serta Amerika dengan Hollywood juga tak kalah saing dalam industri film dan musik dalam mempromosikan budaya negaranya.

Untuk menjawab tantangan dan mengelola potensi itulah maka sistem ekonomi kreatif Indonesia sangat diperlukan agar gerak dan langkah pembangunan ekonomi kreatif Indonesia lebih terarah dan terstruktur. Kemasannya pun harus dibuat sekreatif mungkin mengikuti tren masa kini agar dapat menjadi penggerak generasi muda membudidayakan akal pikirannya dalam berkontribusi membangun perekonomian berbasis kreativitas. Pemuda juga menjadi kunci dalam melejitkan industri kreatif karena pemuda memiliki hasrat yang tinggi (eager) untuk menjadi pemicu (triger) pembangunan.

Inovasi Sistem

Untuk menuju ke arah keberhasilan itu, diperlukan setidaknya tiga langkah strategis, yakni: Pertama, “Indonesian The Creative Nation” sebagai kampanye ekonomi kreatif terintegrasi. Bila mengadopsi pendekatan dari sektor bisnis, slogan atau tag-line sangatlah diperlukan untuk menjadi penyemangat semua stakeholders. Adanya satu nafas yang sama dalam mencapai tujuan adalah lebih baik untuk mencapai tujuan lebih cepat. 

Fungsi slogan tersebut juga tidak hanya berhenti sebagai penyemangat saja, tetapi dapat menjadi alat promosi efektif untuk branding negara agar memiliki unique selling point dalam persaingan industri kreatif ketika memasuki pasar global. Untuk itu Indonesia harus berani menggunakan kata-kata “Indonesian The Creative Nation” karena bangsa Indonesia telah terbukti kreatif sejak zaman dahulu kala.

Peluang dan Tantangan Ekonomi Kreatif Indonesia, Fajar Cirebon, Akhmad Royani, Doyan Masak, Bamboos Design, STT Cirebon, Media Cirebon, Radar Cirebon, Kota Cirebon, Arsitektur Cirebon, Dea Angkasa Putri Supardi, Bos Ku, Cantik


Kedua, pemanfaatan media sebagai pilar kelima ekonomi kreatif. Promosi dan branding adalah sebuah daya ungkit luar biasa dalam mendorong percepatan pertumbuhan sektor ekonomi kreatif. Peran media konvensional dan elektronik hari ini sangat luar biasa besar dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Untuk itu, konsep quadruple-helix yang menjadi dasar pelaksanaan ekonomi kreatif dapat diperluas menjadi penta-helix dengan memanfaatkan media massa sebagai pilar kelima ekonomi kreatif. Tentunya dengan komitmen implementasi yang kuat pula sehingga konsep-konsep terkait ekonomi kreatif dapat terlaksana secara efektif.

Dan, ketiga, pembuatan sentra industri kreatif. Kelemahan lainnya dari industri kreatif Indonesia adalah jaringan pemasaran yang lemah. Jejaring pemasaran yang luas hanya dinikmati para pelaku industri kreatif di Jakarta dan kota-kota besar saja. Pembuatan sentra-sentra ekonomi kreatif sangatlah diperlukan mengingat para pelaku industri kreatif memerlukan etalase untuk menjual produknya dan memerlukan jejaring agar produk mereka dapat terdistribusi dengan baik. Sentra industri kreatif ini dapat berupa gedung/tempat di pusat kota/kabupaten dan dapat juga berupa website untuk mempertontokan hasil karya pelaku ekonomi kreatif dari berbagai sub-sektor ekonomi kreatif.***

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak