Inspirasi Pintar,- Cerita Anak bergambar Fajar & Mentari
HARI ini Mentari tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah karena demam. Dia pun dibawa bundanya ke dokter terdekat. Oleh dokter, Mentari diberi banyak obat agar cepat sembuh. “Pahit Bunda obatnya,” ucap Mentari manja. Namun bundanya tetap memaksa Mentari untuk meminum obat tersebut.
Menjelang siang, teman-teman Mentari ternyata berdatangan ke rumah. Mentari pun canggung karena tidak terbiasa ditengok oleh teman-teman sebanyak itu. “Kamu sakit apa Mentari?” Tanya Zahra. “Gak kok cuma demam, tadi juga udah ke dokter,” jawab Mentari.
Di akhir kunjungannya, teman-teman Mentari memberi buah-buahan hasil patungan teman-teman satu kelas. Di sela itu, Naura berbisik kepada Zahra. “Nanti sore kita jadi gak ke muludan?”. Bisikan Naura ternyata didengar oleh Mentari. Mentari memang paling suka naik komidi putar kalau sedang ada acara muludan di kawasan Keraton Kasepuhan.
“Kalian mau ke muludan ya? Aku ikut,” pinta Mentari. Teman-teman Mentari terheran mendengar permintaan Mentari. “Lho kamu kan lagi sakit,” jawab Naura. “Gak kok cuma demam biasa, nanti sore juga sembuh,” ucap Mentari meyakinkan teman-temannya.
Mendengar jawaban Mentari, sore harinya mereka pergi ke acara muludan. Fajar, Danu dan Adam juga ikut. “Wah rame banget ya?” Ucap Zahra. Mentari memandangi satu per satu pedagang yang ada di acara itu. Dia pun mengajak Fajar untuk mencari wahana komidi putar.
“Teman-teman kita naik komidi putar bareng yuk?” Ajak Mentari. Zahra dan Naura mengikuti ajakan Mentari, tapi Marisa lebih memilih ke rumah hantu. “Gak ah aku takut, aku mau ke rumah hantu ja”. “Yaudah kalian boleh memilih wahana lain, tapi kalau udah selesai jangan lupa kumpul lagi di sini ya?” pinta Fajar.
Mereka kemudian berpencar, tapi Fajar dan Mentari lebih memilih komidi putar. Fajar dan Mentari pun mengantre tiket. Sambil mengantre, terdengar jeritan anak-anak lain yang sedang menaiki komidi putar itu. Di atas komidi putar Fajar dan Mentari terus menebarkan senyuman pertanda bahwa mereka sangat menikmatinya.
Selang 15 menit, mereka pun turun. Tapi Fajar ingin mencoba sesuatu yang lain. “Hey lihat kita naik bianglala yuk? Kayaknya asyik deh bisa melihat suasana keraton dari ketinggian,” ajak Fajar. Fajar dan Mentari lantas mengantre tiket untuk menaiki bianglala. Tak butuh waktu lama, Fajar dan Mentari pun segera menaikinya.
Dari ketinggian, Fajar dan Mentari bisa melihat keindahan wilayah sekitar, bahkan mereka juga bisa melihat pemandangan yang ada di ujung. Tapi di ketinggian ternyata Mentari malah menutup matanya. “Kamu kenapa Mentari? Pasti taku ya? Jangan takut ayo buka matanya. Tuh bagus banget tuh,” ucap Fajar sambil menenangkan Mentari.
Karena Mentari ketakutan, Fajar pun memutuskan untuk berhenti menaiki bianglala dan kembali ke tempat semula untuk menemui teman-temannya.*
HARI ini Mentari tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah karena demam. Dia pun dibawa bundanya ke dokter terdekat. Oleh dokter, Mentari diberi banyak obat agar cepat sembuh. “Pahit Bunda obatnya,” ucap Mentari manja. Namun bundanya tetap memaksa Mentari untuk meminum obat tersebut.
Menjelang siang, teman-teman Mentari ternyata berdatangan ke rumah. Mentari pun canggung karena tidak terbiasa ditengok oleh teman-teman sebanyak itu. “Kamu sakit apa Mentari?” Tanya Zahra. “Gak kok cuma demam, tadi juga udah ke dokter,” jawab Mentari.
Di akhir kunjungannya, teman-teman Mentari memberi buah-buahan hasil patungan teman-teman satu kelas. Di sela itu, Naura berbisik kepada Zahra. “Nanti sore kita jadi gak ke muludan?”. Bisikan Naura ternyata didengar oleh Mentari. Mentari memang paling suka naik komidi putar kalau sedang ada acara muludan di kawasan Keraton Kasepuhan.
“Kalian mau ke muludan ya? Aku ikut,” pinta Mentari. Teman-teman Mentari terheran mendengar permintaan Mentari. “Lho kamu kan lagi sakit,” jawab Naura. “Gak kok cuma demam biasa, nanti sore juga sembuh,” ucap Mentari meyakinkan teman-temannya.
Mendengar jawaban Mentari, sore harinya mereka pergi ke acara muludan. Fajar, Danu dan Adam juga ikut. “Wah rame banget ya?” Ucap Zahra. Mentari memandangi satu per satu pedagang yang ada di acara itu. Dia pun mengajak Fajar untuk mencari wahana komidi putar.
“Teman-teman kita naik komidi putar bareng yuk?” Ajak Mentari. Zahra dan Naura mengikuti ajakan Mentari, tapi Marisa lebih memilih ke rumah hantu. “Gak ah aku takut, aku mau ke rumah hantu ja”. “Yaudah kalian boleh memilih wahana lain, tapi kalau udah selesai jangan lupa kumpul lagi di sini ya?” pinta Fajar.
Mereka kemudian berpencar, tapi Fajar dan Mentari lebih memilih komidi putar. Fajar dan Mentari pun mengantre tiket. Sambil mengantre, terdengar jeritan anak-anak lain yang sedang menaiki komidi putar itu. Di atas komidi putar Fajar dan Mentari terus menebarkan senyuman pertanda bahwa mereka sangat menikmatinya.
Selang 15 menit, mereka pun turun. Tapi Fajar ingin mencoba sesuatu yang lain. “Hey lihat kita naik bianglala yuk? Kayaknya asyik deh bisa melihat suasana keraton dari ketinggian,” ajak Fajar. Fajar dan Mentari lantas mengantre tiket untuk menaiki bianglala. Tak butuh waktu lama, Fajar dan Mentari pun segera menaikinya.
Dari ketinggian, Fajar dan Mentari bisa melihat keindahan wilayah sekitar, bahkan mereka juga bisa melihat pemandangan yang ada di ujung. Tapi di ketinggian ternyata Mentari malah menutup matanya. “Kamu kenapa Mentari? Pasti taku ya? Jangan takut ayo buka matanya. Tuh bagus banget tuh,” ucap Fajar sambil menenangkan Mentari.
Karena Mentari ketakutan, Fajar pun memutuskan untuk berhenti menaiki bianglala dan kembali ke tempat semula untuk menemui teman-temannya.*
Tags
CERITA ANAK