Inspirasi Pintar,- Cerita Anak bergambar Fajar & Mentari
FAJAR kesal tiap kali ada pelajaran seni musik. Karena nilainya selalu paling rendah di antara teman sekelas lainnya. Terlebih, minggu depan dia harus praktik meniup seruling. Dia pun bingung, dan berusaha mencari inspirasi. Berkali-kali dia belajar tapi tetap saja antara tiupan dan jari yang menutup lubang selalu tidak sinkron.
“Yah…gimana sih maininnya, susah banget,” gerutu Fajar. “Kamu sih gak sabar, coba deh ikutin aku,” kata Mentari. Mentari kemudian mengajari Fajar cara meniup seruling, namun tetap saja Fajar tidak bisa. “Mungkin aku gak berbakat di musik, makanya gak bisa-bisa,” ucap Fajar.
Fajar pun seketika pergi ke sebuah sungai yang tak jauh dari taman dengan membawa seruling. Dia berharap bisa mendapatkan ketenangan dan bisa meniup seruling di sana. Diamatinya aliran air di sungai itu, lalu perlahan dia berusaha meniup seruling di tangannya. “hemmm, gimana sih tetap aja gak bunyi-bunyi,” keluh Fajar.
Fajar kemudian terdiam saat melihat ada seorang pemancing yang tengah memainkan seruling bambunya. Didekatinya pemancing itu berharap bisa belajar seruling dari pemancing tersebut. Saat didekati, ternyata pemancing itu adalah seorang kakek.
“Kek, merdu banget alunan serulingnya, boleh ajarin aku kek?” pinta Fajar. “Oh boleh Cu, meniup seruling itu tidak boleh dengan emosi tapi harus dengan perasaan. Seruling bagus,” kata kakek. “Coba sekarang kakek pengen dengar kamu meniup seruling,” pinta kakek.
Fajar pun memainkan serulingnya. Namun saat ditiup gak bunyi-bunyi, sehingga kakek pun tertawa. “ Kok kakek malah tertawa sih, bukannya ngasi tahu gimana caranya,” kata Fajar kesal. “Yaudah sekarang coba kamu pake seruling bambu punya kakek”.
“Apalagi pake seruling bambu kek, pake seruling ini yang mudah aja gak bunyi-bunyi,” ucap Fajar. “Coba aja pake seruling ini,” seru kakek. Fajar mengambil seruling bambu itu, dan ditiupnya. Betapa kagetnya, ternyata dengan seruling bambu itu Fajar bisa memainkan nada-nada indah. Fajar pun terlena hingga tak sadar jika sang kakek tersebut sudah tidak ada di sampingnya.
Fajar kemudian membawa pulang seruling bambu itu. Saat ujian praktik, teman-teman Fajar menertawakan. “Hey Fajar, kamu pake seruling yang bagus aja gak bisa apalagi pake seruling butut itu,” kata Danu. Fajar hanya terdiam diejek teman-temannya. Saat giliran Fajar meniup seruling, teman-teman sekelas dibuat tercengang karena Fajar mampu mengalunkan nada yang indah dari serulingnya itu. “Kok bisa sih,” kata Danu kaget. “Makanya kamu jangan merendahkan kemampuan Fajar,” ucap Mentari. Dalam ujian praktik itu, Fajar mendapatkan nilai paling tinggi di antara teman sekelas lainnya.*
Yukk, Baca Lagi Cerita Fajar & Mentari yang Lainnya :
FAJAR kesal tiap kali ada pelajaran seni musik. Karena nilainya selalu paling rendah di antara teman sekelas lainnya. Terlebih, minggu depan dia harus praktik meniup seruling. Dia pun bingung, dan berusaha mencari inspirasi. Berkali-kali dia belajar tapi tetap saja antara tiupan dan jari yang menutup lubang selalu tidak sinkron.
“Yah…gimana sih maininnya, susah banget,” gerutu Fajar. “Kamu sih gak sabar, coba deh ikutin aku,” kata Mentari. Mentari kemudian mengajari Fajar cara meniup seruling, namun tetap saja Fajar tidak bisa. “Mungkin aku gak berbakat di musik, makanya gak bisa-bisa,” ucap Fajar.
Fajar pun seketika pergi ke sebuah sungai yang tak jauh dari taman dengan membawa seruling. Dia berharap bisa mendapatkan ketenangan dan bisa meniup seruling di sana. Diamatinya aliran air di sungai itu, lalu perlahan dia berusaha meniup seruling di tangannya. “hemmm, gimana sih tetap aja gak bunyi-bunyi,” keluh Fajar.
Fajar kemudian terdiam saat melihat ada seorang pemancing yang tengah memainkan seruling bambunya. Didekatinya pemancing itu berharap bisa belajar seruling dari pemancing tersebut. Saat didekati, ternyata pemancing itu adalah seorang kakek.
“Kek, merdu banget alunan serulingnya, boleh ajarin aku kek?” pinta Fajar. “Oh boleh Cu, meniup seruling itu tidak boleh dengan emosi tapi harus dengan perasaan. Seruling bagus,” kata kakek. “Coba sekarang kakek pengen dengar kamu meniup seruling,” pinta kakek.
Fajar pun memainkan serulingnya. Namun saat ditiup gak bunyi-bunyi, sehingga kakek pun tertawa. “ Kok kakek malah tertawa sih, bukannya ngasi tahu gimana caranya,” kata Fajar kesal. “Yaudah sekarang coba kamu pake seruling bambu punya kakek”.
“Apalagi pake seruling bambu kek, pake seruling ini yang mudah aja gak bunyi-bunyi,” ucap Fajar. “Coba aja pake seruling ini,” seru kakek. Fajar mengambil seruling bambu itu, dan ditiupnya. Betapa kagetnya, ternyata dengan seruling bambu itu Fajar bisa memainkan nada-nada indah. Fajar pun terlena hingga tak sadar jika sang kakek tersebut sudah tidak ada di sampingnya.
Fajar kemudian membawa pulang seruling bambu itu. Saat ujian praktik, teman-teman Fajar menertawakan. “Hey Fajar, kamu pake seruling yang bagus aja gak bisa apalagi pake seruling butut itu,” kata Danu. Fajar hanya terdiam diejek teman-temannya. Saat giliran Fajar meniup seruling, teman-teman sekelas dibuat tercengang karena Fajar mampu mengalunkan nada yang indah dari serulingnya itu. “Kok bisa sih,” kata Danu kaget. “Makanya kamu jangan merendahkan kemampuan Fajar,” ucap Mentari. Dalam ujian praktik itu, Fajar mendapatkan nilai paling tinggi di antara teman sekelas lainnya.*
Yukk, Baca Lagi Cerita Fajar & Mentari yang Lainnya :
☃ Fajar & Mentari - Makanya Jangan Serakah
Tags
CERITA ANAK