Inspirasi Pintar,- Cerita Anak bergambar Fajar & Mentari
AKHIR pekan ini, Fajar diajak ayahnya pergi ke Solo untuk menengok Nenek. Sementara Mentari ditinggal di rumah bersama bundanya. Mentari terlihat gelisah, karena tidak ada teman yang bisa diajak bermain. “Huuu…, jenuh sendirian aja, keluar aja ah..” ucap Mentari.
Mentari kemudian menuju taman, berharap ada Marisa, Naura, atau pun Zahra datang ke sana. Namun setelah menunggu satu jam mereka tetap tidak juga nongol. “Yah, pada kemana ya mereka? Biasanya main ke sini.” Mentari pun bingung mau kemana lagi.
“Kue..kue..kue…” tiba-tiba ada anak kecil yang berjualan kue menghampiri Mentari di taman. “Kue Kak?” kata anak itu menawarkan. “Ya makasih, aku masih kenyang,” jawab Mentari. “Aku boleh duduk di sini Kak?” tanya anak itu lagi. Mentari mempersilahkannya duduk.
Dipandanginya baju lusut yang dikenakan anak itu. “Kamu tidak sekolah Dek?” tanya Mentari. “Aku sekolah kak, kelas 1 SD,” jawab anak itu. “Kakak bisa panggil aku Nevi, aku tinggal di desa sebelah.” “Oh aku Mentari, kamu tinggal sama siapa di sana?” tanya Mentari lagi, tapi Nevi malah terdiam. “Kamu kenapa Nevi? Kok diam?”
“Aku tinggal sama nenek Kak, kedua orang tua aku sudah meninggal,” Jawab Nevi. Mentari kaget setelah tahu ternyata Nevi berjuang seorang diri demi menghidupi dirinya dan neneknya yang sedang sakit. Mentari kagum karena anak seusia Nevi mau bekerja keras berjualan kue keliling kampung hanya demi uang yang tak seberapa. “Oh ya aku jualan dulu ya Kak?” ucap Nevi pergi meninggalkan Mentari sendirian di taman.
Keesokan harinya, Mentari bertemu lagi dengan Nevi di sekolah. “Hey Nevi.., ternyata kita satu sekolah ya?” kata Mentari. “Iya Kak, gak nyangka ya?”. Mentari kaget melihat seragam sekolah Nevi yang sudah tak layak, bahkan sepatunya pun bolong.
“Oh iya, nanti siang kamu jualan lagi? Boleh aku ikut bantuin?” ucap Mentari menawarkan. “Jangan Kak, akunya malu,” kata Nevi. “Yaudah kalau kamu malu, nanti siang kamu ke taman lagi ya?” pinta Mentari. Mentari ternyata merasa iba melihat kehidupan Nevi, dia pun telah menyiapkan sesuatu untuk Nevi.
Mentari memiliki sebuah celengan yang diberi nama Pelangi. Celengan itu dimilikinya sejak dia masih kelas satu dan, tak pernah dibukanya hingga kini dia kelas 4. Mentari member nama Pelangi, karena dia berharap dengan hasil celengan itu, ada warna yang akan mengubah hidupnya seperti warna pelangi.
Kini dia harus merelakan celengan itu untuk diberikan kepada Nevi. “Dari tadi ya Kak?” tanya Nevi. “Eh, Nevi, gak kok barusan. “Ini untuk kamu?” Mentari menyodorkan celengan plastik kepada Nevi. “Jangan Kak, kata ibu aku, aku gak boleh menerima belas kasihan orang lain. Aku harus berjuang untuk kehidupan aku sendiri”. Jawaban Nevi ternyata membuat Mentari semakin kagum.
“Dalam hidup kita harus tolong menolong. Bisa jadi sekarang aku nolong kamu, tapi nanti di kemudian hari aku yang ditolong kamu. Kamu harus menerima pemberian ini, ini adalah rejeki yang diberikan Allah melalui aku. Bukan aku yang memberi kamu, tapi Allah,” jelas Mentari. Nevi akhirnya mau menerima pemberian dari Mentari. Hingga saat itu, Nevi dan Mentari menjadi sahabat untuk saling berbagi dalam masalah apapun.*
Tags
CERITA ANAK