Inspirasi Pintar,- Cerita Anak bergambar Fajar & Mentari
SIANG itu, Fajar Mentari, Naura dan Zahra sedang bermain di taman. Sambil bermain mereka juga ternyata sedang menunggu Mamang Yos, pedagang susu kedelai yang biasa lewat dengan menggunakan sepedanya. “Wah Mamang Yos kok lama banget ya? Padahal udah haus nih,” ucap Mentari sambil menyapu keringat di dahinya. “Iya ya, biasanya jam segini Mamang Yos udah lewat. Gak biasa-biasanya dia sampai telat begini,” tambah Naura. Mereka kemudian duduk bersama di taman. Tak beberapa lama Marisa datang. “Hey kalian lagi apa?” Tanya Marisa. “Kita lagi santai nih. Kamu mau kemana Marisa?” Kata Fajar menanyakan balik. “Aku mau beli es di warung Bi Ijah, abis panas banget sih jadi haus,” jawab Marisa.
“Mending nunggu Mamang Yos aja Marisa, kita juga lagi nunggu dia, abisnya susu kedelainya enak sih”. Marisa kemudian ikut duduk bersama mereka sambil berkata. “Percuma kalian menunggu Mamang Yos, dia gak akan jualan lagi”. “Hhaaahhh, kok bisa?” Mereka pun terkaget. “Emangnya kalian gak liat berita di TV ya? Dolar sekarang kanlagi naik,” jawab Marisa.
Mereka sejenak saling memandang. “Apa hubungannya dolar sama Mamang Yos ya?” Tanya Fajar sambil garuk-garuk kepala. “Iya kok dolar jahat banget sih, sampe buat Mamang Yos gak jualan,” sahut Zahra yang memang gak tahu dolar itu apaan. Mereka tertawa melihat keluguan Zahra. “Eh dodol, kamu diem aja. Dolar tuh bukan manusia, tapi mata uang,” kata Naura kepada Zahra.
Marisa kemudian memberikan penjelasan. “Kalau sepengetahuan aku, kedelai yang biasa kita konsumsi itu dari impor, jadi kalau dolar naik, harga kedelai pun jadi ikutan naik. Makanya banyak pedagang yang memilih gak jualan, termasuk Mamang Yos,” jelas Marisa.
“Ehmmm emangnya impor itu mata uang dari mana ya?” Celetuk Zahra. Mereka kemudian terdiam dan memandang kesal kepada Zahra. “Jangan banyak tanya Zahra,” kata Naura. “Iya kamu diem aja,” sahut Mentari. Marisa kemudian melanjutkan penjelasannya. “Sebenernya bukan Mamang Yos aja sih yang gak jualan, pedagang tempe dan tahu juga banyak yang gulung tikar,” imbuh Masrisa.
“Oooo pantes aja, belakangan ini bundaku gak masak tempe,” ujar Fajar. “Tapi kenapa semua-muanya harus dari impor ya? Emangnya negeri kita ini ga ada yang bisa nanam kedelai apa?” Tanya Mentari. “Y jelas ada, mungkin karena kita sudah ketergantungan sama impor, jadi semuanya serba impor,” kata Marisa.
“Aku sih heran aja. Kenapa dari dulu dolar selalu lebih tinggi dari mata uang kita. Kenapa gak mata uang kita yang lebih tinggi dari dolar. Padahal sama aja kertasnya,” ungkap Fajar. “Jika aku jadi presiden nanti, aku akan buat mata uang kita lebih tinggi nilainya dari dolar,” imbuh Fajar. Mereka terus saja berbincang tentang dolar. Bahkan perbincangan mereka semakin ngelantur. Tak lama kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing.*
SIANG itu, Fajar Mentari, Naura dan Zahra sedang bermain di taman. Sambil bermain mereka juga ternyata sedang menunggu Mamang Yos, pedagang susu kedelai yang biasa lewat dengan menggunakan sepedanya. “Wah Mamang Yos kok lama banget ya? Padahal udah haus nih,” ucap Mentari sambil menyapu keringat di dahinya. “Iya ya, biasanya jam segini Mamang Yos udah lewat. Gak biasa-biasanya dia sampai telat begini,” tambah Naura. Mereka kemudian duduk bersama di taman. Tak beberapa lama Marisa datang. “Hey kalian lagi apa?” Tanya Marisa. “Kita lagi santai nih. Kamu mau kemana Marisa?” Kata Fajar menanyakan balik. “Aku mau beli es di warung Bi Ijah, abis panas banget sih jadi haus,” jawab Marisa.
“Mending nunggu Mamang Yos aja Marisa, kita juga lagi nunggu dia, abisnya susu kedelainya enak sih”. Marisa kemudian ikut duduk bersama mereka sambil berkata. “Percuma kalian menunggu Mamang Yos, dia gak akan jualan lagi”. “Hhaaahhh, kok bisa?” Mereka pun terkaget. “Emangnya kalian gak liat berita di TV ya? Dolar sekarang kanlagi naik,” jawab Marisa.
Mereka sejenak saling memandang. “Apa hubungannya dolar sama Mamang Yos ya?” Tanya Fajar sambil garuk-garuk kepala. “Iya kok dolar jahat banget sih, sampe buat Mamang Yos gak jualan,” sahut Zahra yang memang gak tahu dolar itu apaan. Mereka tertawa melihat keluguan Zahra. “Eh dodol, kamu diem aja. Dolar tuh bukan manusia, tapi mata uang,” kata Naura kepada Zahra.
Marisa kemudian memberikan penjelasan. “Kalau sepengetahuan aku, kedelai yang biasa kita konsumsi itu dari impor, jadi kalau dolar naik, harga kedelai pun jadi ikutan naik. Makanya banyak pedagang yang memilih gak jualan, termasuk Mamang Yos,” jelas Marisa.
“Ehmmm emangnya impor itu mata uang dari mana ya?” Celetuk Zahra. Mereka kemudian terdiam dan memandang kesal kepada Zahra. “Jangan banyak tanya Zahra,” kata Naura. “Iya kamu diem aja,” sahut Mentari. Marisa kemudian melanjutkan penjelasannya. “Sebenernya bukan Mamang Yos aja sih yang gak jualan, pedagang tempe dan tahu juga banyak yang gulung tikar,” imbuh Masrisa.
“Oooo pantes aja, belakangan ini bundaku gak masak tempe,” ujar Fajar. “Tapi kenapa semua-muanya harus dari impor ya? Emangnya negeri kita ini ga ada yang bisa nanam kedelai apa?” Tanya Mentari. “Y jelas ada, mungkin karena kita sudah ketergantungan sama impor, jadi semuanya serba impor,” kata Marisa.
“Aku sih heran aja. Kenapa dari dulu dolar selalu lebih tinggi dari mata uang kita. Kenapa gak mata uang kita yang lebih tinggi dari dolar. Padahal sama aja kertasnya,” ungkap Fajar. “Jika aku jadi presiden nanti, aku akan buat mata uang kita lebih tinggi nilainya dari dolar,” imbuh Fajar. Mereka terus saja berbincang tentang dolar. Bahkan perbincangan mereka semakin ngelantur. Tak lama kemudian mereka pulang ke rumah masing-masing.*
Yukk, Baca Lagi Cerita Fajar & Mentari yang Lainnya :
☃ Fajar & Mentari - Berkunjung Ke Museum Linggarjati
Tags
CERITA ANAK