Inspirasi Pintar,- Cerita Anak - Meymey dan Perayaan Imlek: Kisah Seru Lampion Terbang
HARI ini SD Assalam kedatangan murid baru. Dia bernama Meymey, murid pindahan dari SD Xaverius. Meymey adalah murid keturunan Tionghoa, dia pindah sekolah karena teman-temannya di SD Xaverius banyak yang jahil, sehingga dia tidak betah.
Di hari pertamanya sekolah, Meymey terlihat begitu senang karena teman-teman barunya menerima Meymey apa adanya meskipun Meymey dari keturunan Tionghoa. Usai pulang sekolah, Fajar, Mentari dan Naura mengajak Meymey ngobrol, mereka ingin Meymey bergabung bersama kelompok belajarnya.
“Meymey, hari ini kamu ada acara gak? Main yuk ke rumah aku?” ajak Mentari. “Iya Mey, kamu kan masih baru di sini jadi maen bareng ja ma kita,” sahut Naura. Meymey terdiam sejenak. Dia bingung harus menjawab apa karena jam 1 siang ini dia harus sudah ada di rumah. “Maaf teman-teman, aku sih sebenarnya mau, tapi takut mamahku marah kalau jam 1 aku ga ada di rumah,” jawab Meymey.
Orangtua Meymey memang mengajarkan kedisiplinan yang tinggi terhadap Meymey khususnya usai pulang sekolah. “Gini ja teman-teman, sebagai tanda pertemanan bagaimana kalau kalian hari ini ke rumah aku. Di kampung aku lagi rame lho, kan bentar lagi Imlek,” kata Meymey. “Mau..mau..mau..,” jawab Fajar, Mentari dan Naura serempak.
Tanpa pulang dulu ke rumah, mereka menuju ke rumah Meymey. Saat memasuki pintu masuk perkampungan, suasana Imlek sudah terasa. Terlihat lampion-lampion dan beragam asesoris Imlek telah menghiasi perkampungan itu. Orang-orang pun sibuk dengan aktvitasnya ada yang sibuk mengecat, ada juga yang sedang membuat lampion.
Belum juga sampai ke rumah Meymey, Fajar menghentikan langkahnya. Dia heran, ada lampion yang bisa terbang ke udara seperti balon. “Wah bagus banget ya? Kok bisa sih lampion ini terbang?” Fajar terheran. “Ya bisa dong, dengan menggunakan prinsip balon udara, lampion juga bisa diterbangkan,” jawab Meymey.
“Perayaan Imlek bagi kami sama seperti perayaan malam tahun baru bagi kalian. Kalau kalian ramai-ramai menyalakan kembang api, kami di sini lebih memilih menerbangkan lampion ke udara,” kata Meymey memberikan penjelasan.
Fajar semakin tertarik dengan lampion itu, diperhatikannya secara detil pembuatan lampion terbang dari mulai tahap awal hingga akhir. “Wah berarti pas malam puncak di sini pasti ramai banget ya?” ujar Mentari. “Hey teman-teman, ini rumah aku. Yuk masuk,” ajak Meymey.
Saat yang lain masuk, Fajar malah tetap saja di luar, karena ternyata tetangga rumah Meymey juga ada yang sedang membuat lampion terbang. Tak beberapa lama Mentari dan Naura juga ikut keluar, mereka ingin melihat cara membuat lampion terbang. Hingga akhirnya di hari itu, Fajar, Mentari, Naura dan Meymey menghabiskan waktunya untuk membuat lampion terbang.
“Hore punya aku udah jadi nih,” kata Fajar. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04 sore. “Aku juga udah jadi nih,” sahut Naura. “Aku juga. Eh pulang yuk udah sore nih,” ajak Mentari. Mereka kemudian pulang ke rumah dengan membawa lampion terbang buatan mereka sendiri.*
HARI ini SD Assalam kedatangan murid baru. Dia bernama Meymey, murid pindahan dari SD Xaverius. Meymey adalah murid keturunan Tionghoa, dia pindah sekolah karena teman-temannya di SD Xaverius banyak yang jahil, sehingga dia tidak betah.
Di hari pertamanya sekolah, Meymey terlihat begitu senang karena teman-teman barunya menerima Meymey apa adanya meskipun Meymey dari keturunan Tionghoa. Usai pulang sekolah, Fajar, Mentari dan Naura mengajak Meymey ngobrol, mereka ingin Meymey bergabung bersama kelompok belajarnya.
“Meymey, hari ini kamu ada acara gak? Main yuk ke rumah aku?” ajak Mentari. “Iya Mey, kamu kan masih baru di sini jadi maen bareng ja ma kita,” sahut Naura. Meymey terdiam sejenak. Dia bingung harus menjawab apa karena jam 1 siang ini dia harus sudah ada di rumah. “Maaf teman-teman, aku sih sebenarnya mau, tapi takut mamahku marah kalau jam 1 aku ga ada di rumah,” jawab Meymey.
Orangtua Meymey memang mengajarkan kedisiplinan yang tinggi terhadap Meymey khususnya usai pulang sekolah. “Gini ja teman-teman, sebagai tanda pertemanan bagaimana kalau kalian hari ini ke rumah aku. Di kampung aku lagi rame lho, kan bentar lagi Imlek,” kata Meymey. “Mau..mau..mau..,” jawab Fajar, Mentari dan Naura serempak.
Tanpa pulang dulu ke rumah, mereka menuju ke rumah Meymey. Saat memasuki pintu masuk perkampungan, suasana Imlek sudah terasa. Terlihat lampion-lampion dan beragam asesoris Imlek telah menghiasi perkampungan itu. Orang-orang pun sibuk dengan aktvitasnya ada yang sibuk mengecat, ada juga yang sedang membuat lampion.
Belum juga sampai ke rumah Meymey, Fajar menghentikan langkahnya. Dia heran, ada lampion yang bisa terbang ke udara seperti balon. “Wah bagus banget ya? Kok bisa sih lampion ini terbang?” Fajar terheran. “Ya bisa dong, dengan menggunakan prinsip balon udara, lampion juga bisa diterbangkan,” jawab Meymey.
“Perayaan Imlek bagi kami sama seperti perayaan malam tahun baru bagi kalian. Kalau kalian ramai-ramai menyalakan kembang api, kami di sini lebih memilih menerbangkan lampion ke udara,” kata Meymey memberikan penjelasan.
Fajar semakin tertarik dengan lampion itu, diperhatikannya secara detil pembuatan lampion terbang dari mulai tahap awal hingga akhir. “Wah berarti pas malam puncak di sini pasti ramai banget ya?” ujar Mentari. “Hey teman-teman, ini rumah aku. Yuk masuk,” ajak Meymey.
Saat yang lain masuk, Fajar malah tetap saja di luar, karena ternyata tetangga rumah Meymey juga ada yang sedang membuat lampion terbang. Tak beberapa lama Mentari dan Naura juga ikut keluar, mereka ingin melihat cara membuat lampion terbang. Hingga akhirnya di hari itu, Fajar, Mentari, Naura dan Meymey menghabiskan waktunya untuk membuat lampion terbang.
“Hore punya aku udah jadi nih,” kata Fajar. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04 sore. “Aku juga udah jadi nih,” sahut Naura. “Aku juga. Eh pulang yuk udah sore nih,” ajak Mentari. Mereka kemudian pulang ke rumah dengan membawa lampion terbang buatan mereka sendiri.*
Tags
CERITA ANAK